Rabu, 30 Januari 2013


PERGAULAN LAKI-LAKI DENGAN PEREMPUAN                                   (1/3

WAJIB BACA

PERTANYAAN   Banyak perkataan dan fatwa seputar masalah (boleh ki-laki bergaul dengan perempuan (dalam satu tempat). Kami dengar diantara ulama ada yang mewajibkan wanita untuk tidak keluar dari rumah kecuali ke kuburnya, sehingga ke masjid pun mereka dimakruhkan. Sebagian lagi ada yang mengharamkannya, karena takut fitnah dan kerusakan zaman.   Mereka mendasarkan pendapatnya pada perkataan Ummul Mu'minin Aisyah r.a.: "Seandainya Rasulullah saw. mengetahui apa yang diperbuat kaum wanita sepeninggal beliau, niscaya beliau melarangnya pergi ke masjid."   Kiranya sudah tidak samar bagi Ustadz bahwa wanita juga perlu keluar rumah ketengah-tengah masyarakat untuk belajar, bekerja, dan bersama-sama di pentas kehidupan. Jika itu terjadi, sudah tentu wanita akan bergaul dengan laki-laki, yang boleh jadi merupakan teman sekolah, guru, kawan kerja, direktur perusahaan, staf, dokter dan sebagainya.   Pertanyaan kami, apakah setiap pergaulan antara laki-laki dengan perempuan itu terlarang atau haram? Apakah mungkin wanita akan hidup tanpa laki-laki, terlebih pada zaman yang kehidupan sudah bercampur aduk sedemikian rupa? Apakah wanita itu harus selamanya dikurung dalam sangkar, yang meskipun berupa sangkar emas, ia tak lebih sebuah penjara? Mengapa laki-laki diberi sesuatu (kebebasan) yang tidak diberikan kepada wanita? Mengapa laki-laki dapat bersenang-senang dengan udara bebas, sedangkan wanita terlarang menikmatinya? Mengapa persangkaan jelek itu selalu dialamatkan kepada wanita, padahal kualitas keagamaan, pikiran, dan hati nurani wanita tidak lebih rendah daripada laki-laki?   Wanita - sebagaimana laki-laki - punya agama yang melindunginya, akal yang mengendalikannya, dan hati nurani (an-nafs al-lawwamah) yang mengontrolnya. Wanita, sebagaimana laki-laki, juga punya gharizah atau keinginan yang mendorong pada perbuatan buruk (an-nafs al-ammarah bis-su). Wanita dan laki-laki sama-sama punya setan yang dapat menyulap kejelekan menjadi keindahan serta membujuk rayu mereka.   Yang menjadi pertanyaan, apakah semua peraturan yang ketat untuk wanita itu benar-benar berasal dari hukum Islam?   Kami mohon Ustadz berkenan menjelaskan masalah ini, dan bagaimana seharusnya sikap kita? Dengan kata lain, bagaimana pandangan syariat terhadap masalah ini? Atau, bagaimana ketentuan Al-Qur'an dan Sunnah Nabi yang sahih, bukan kata si Zaid dan si Amr.   Semoga Allah memberi taufik kepada Ustadz untuk menjelaskan kebenaran dengan mengemukakan dalil-dalilnya.   JAWABAN   Kesulitan kita - sebagaimana yang sering saya kemukakan - ialah bahwa dalam memandang berbagai persoalan agama, umumnya masyarakat berada dalam kondisi ifrath (berlebihan) dan tafrith (mengabaikan). Jarang sekali kita temukan sikap tawassuth (pertengahan) yang merupakan salah satu keistimewaan dan kecemerlangan manhaj Islam dan umat Islam.   Sikap demikian juga sama ketika mereka memandang masalah pergaulan wanita muslimah di tengah-tengah masyarakat. Dalam hal ini, ada dua golongan masyarakat yang saling bertentangan dan menzalimi kaum wanita.   Pertama, golongan yang kebarat-baratan yang menghendaki wanita muslimah mengikuti tradisi Barat yang bebas tetapi merusak nilai-nilai agama dan menjauh dari fitrah yang lurus serta jalan yang lempang. Mereka jauh dari Allah yang telah mengutus para rasul dan menurunkan kitab-kitab-Nya untuk menjelaskan dan menyeru manusia kepada-Nya.   Mereka menghendaki wanita muslimah mengikuti tata kehidupan wanita Barat "sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta" sebagaimana yang digambarkan oleh hadits Nabi, sehingga andaikata wanita-wanita Barat itu masuk ke lubang biawak niscaya wanita muslimah pun mengikuti di belakangnya. Sekalipun lubang biawak tersebut melingkar-lingkar, sempit, dan pengap, wanita muslimah itu akan tetap merayapinya. Dari sinilah lahir "solidaritas" baru yang lebih dipopulerkan dengan istilah "solidaritas lubang biawak."   Mereka melupakan apa yang dikeluhkan wanita Barat sekarang serta akibat buruk yang ditimbulkan oleh pergaulan bebas itu, baik terhadap wanita maupun laki-laki, keluarga, dan masyarakat. Mereka sumbat telinga mereka dari kritikan-kritikan orang yang menentangnya yang datang silih berganti dari seluruh penjuru dunia, termasuk dari Barat sendiri. Mereka tutup telinga mereka dari fatwa para ulama, pengarang, kaum intelektual, dan para muslihin yang mengkhawatirkan kerusakan yang ditimbulkan peradaban Barat, terutama jika semua ikatan dalan pergaulan antara laki-laki dan perempuan benar-benar terlepas.   Mereka lupa bahwa tiap-tiap umat memiliki kepribadian sendiri yang dibentuk oleh aqidah dan pandangannya terhadap alam semesta, kehidupan, tuhan, nilai-nilai agama, warisan budaya, dan tradisi. Tidak boleh suatu masyarakat melampaui tatanan suatu masyarakat lain.   Kedua, golongan yang mengharuskan kaum wanita mengikuti tradisi dan kebudayaan lain, yaitu tradisi Timur, bukan tradisi Barat. Walaupun dalam banyak hal mereka telah dicelup oleh pengetahuan agama, tradisi mereka tampak lebih kokoh daripada agamanya. Termasuk dalam hal wanita, mereka memandang rendah dan sering berburuk sangka kepada wanita.   Bagaimanapun, pandangan-pandangan diatas bertentangan dengan pemikiran-pemikiran lain yang mengacu pada Al-Qur'anul Karim dan petunjuk Nabi saw. serta sikap dan pandangan para sahabat yang merupakan generasi muslim terbaik.   Ingin saya katakan disini bahwa istilah ikhtilath (percampuran) dalam lapangan pergaulan antara laki-laki dengan perempuan merupakan istilah asing yang dimasukkan dalam "Kamus Islam." Istilah ini tidak dikenal dalam peradaban kita selama berabad-abad yang silam, dan baru dikenal pada zaman sekarang ini saja. Tampaknya ini merupakan terjemahan dari kata asing yang punya konotasi tidak menyenangkan terhadap perasaan umat Islam. Barangkali lebih baik bila digunakan istilah liqa' (perjumpaan), muqabalah (pertemuan), atau musyarakrah (persekutuan) laki-laki dengan perempuan.   Tetapi bagaimanapun juga, Islam tidak menetapkan hukum secara umum mengenai masalah ini. Islam justru memperhatikannya dengan melihat tujuan atau kemaslahatan yang hendak diwujudkannya, atau bahaya yang dikhawatirkannya, gambarannya, dan syarat-syarat yang harus dipenuhinya, atau lainnya.   Sebaik-baik petunjuk dalam masalah ini ialah petunjuk Nabi Muhammad saw., petunjuk khalifah-khalifahnya yang lurus, dan sahabat-sahabatnya yang terpimpin.   Orang yang mau memperhatikan petunjuk ini, niscaya ia akan tahu bahwa kaum wanita tidak pernah dipenjara atau diisolasi seperti yang terjadi pada zaman kemunduran umat Islam.   Pada zaman Rasulullah saw., kaum wanita biasa menghadiri shalat berjamaah dan shalat Jum'at. Beliau saw. menganjurkan wanita untuk mengambil tempat khusus di shaf (baris) belakang sesudah shaf laki-laki. Bahkan, shaf yang paling utama bagi wanita adalah shaf yang paling belakang. Mengapa? Karena, dengan paling belakang, mereka lebih terpelihara dari kemungkinan melihat aurat laki-laki. Perlu diketahui bahwa pada zaman itu kebanyakan kaum laki-laki belum mengenal celana.   Pada zaman Rasulullah saw. (jarak tempat shalat) antara laki-laki dengan perempuan tidak dibatasi dengan tabir sama sekali, baik yang berupa dinding, kayu, kain, maupun lainnya. Pada mulanya kaum laki-laki dan wanita masuk ke masjid lewat pintu mana saja yang mereka sukai, tetapi karena suatu saat mereka berdesakan, baik ketika masuk maupun keluar, maka Nabi saw. bersabda:   "Alangkah baiknya kalau kamu jadikan pintu ini untuk wanita"   Dari sinilah mula-mula diberlakukannya pintu khusus untuk wanita, dan sampai sekarang pintu itu terkenal dengan istilah "pintu wanita."  


Etiket adalah aturan sopan santun dalam pergaulan.
Mengabaikan sopan santun sering menimbulkan perselisihan atau kesalahpahaman.
Etiket merupakan sarana/alat untuk kelancaran dalam pergaulan dan juga
membantu dalam mencapai cita-cita kita.

"A knowledge of etiquette helps us to do and say the right thing at the right time.
It makes no difference how wealthy or how poor a person is,
as a human being, he or she is entiled to sympathy and respect".
(Lady Troubridge, "The Book of Etiquette")


Perbedaan Etiket Dan Etika :

Etiket : berarti tata cara pergaulan yang baik antara sesama manusia.
Berasal dari bahasa Perancis: Etiquette.

Etika : berarti falsafah moral dan merupakan pedoman cara hidup yang benar
dilihat dari sudut budaya, susila dan agama.
Berasal dari bahasa Latin : Ectica.

Dasar-dasar Etiket :

· Sopan dan ramah kepada siapa saja.
· Memberi perhatian kepada orang lain.
· Ingin membantu.
· Memiliki rasa toleransi.
· Dapat menguasai diri, mengendalikan emosi dalam situasi.

Tujuan Etiket : "Selalu berusaha untuk menyenangkan orang lain".

Manfaat Etiket dalam kehidupan manusia :

1. Membuat seseorang disegani, dihormati, disenangi orang lain.
2. Mendapat kemudahan dalam hubungan baik dengan orang (better human relation).
3. Memberi keyakinan pada diri sendiri dalam setiap situasi.
4. Dapat memelihara suasana yang baik dilingkungan keluarga, tempat kerja, dan antara teman.

Untuk lebih berhasil dalam kehidupan kita perlu memiliki :
1. Self Confidence
2. Self Control
3. Body Language
4. First Impression

Cara Memupuk Kepercayaan Pada Diri Sendiri :
1.    Banyak membaca pengetahuan umum.
2.    Mengikuti berita-berita yang aktual.
3.    Memperdalam pengetahuan dibidang kita.
4.    Tidak segan bertanya apabila tidak atau kurang mengerti.
5.    Terbuka untuk menerima kritik membangun.
6.    Memperhatikan saran-saran penampilan.
7.    Berani berdiskusi untuk menguji apakah pendapat kita dapat diterima atau tidak.
8.    Banyak bergaul dengan berbagai lapisan masyarakat.
9.    Melatih diri dalam beberapa macam ketrampilan.
10.  Mempelajari bahasa lain (asing, daerah) untuk dipergunakan
      secara aktif atau pasif apabila diperlukan.
Ciri Orang-Orang Yang Menghayati Tata Krama Yang Baik :
· Memiliki rasa percaya diri pada waktu menghadapi masyarakat dari tingkat manapun.
· Segala tingkah laku dan ucapannya mencerminkan perhatian kepada orang lain.
· Sopan, ramah selalu menunjukkan sikap yang menyenangkan dan bersahabat
  kepada siapa saja.
· Dapat menguasai diri, selalu berusaha tidak menyinggung perasaan orang lain, 
  menyakiti atau mengganggu pikiran orang lain.
· Usahakan tidak membuat kecewa, gusar apalagi membuat marah orang lain, 
  walaupun diri sendiri baru atau sedang dalam keadaan sedih, kesal, lelah atau jenuh.
Perbedaan etiket timur dan barat

Dasar dari peraturan etiket adalah adat istiadat atau tradisi dari daerah dan negara tertentu, yang kadang-kadang berbeda dan bertentangan. Seperti misalnya :
- Cara bersalaman.
- Cara menatap mata sewaktu berjabatan tangan.
- Saat memberi sambutan.
- Saat menerima sesuatu (tangan kiri).

Selain mengetahui etiket bangsa sendiri, sebaiknya juga mengetahui sedikit tentang etiket bangsa-bangsa lain. Sebab hal itu akan melancarkan komunikasi dan kemampuan kita untuk menyesuaikan diri kepada lingkungan tempat kita berada.


TATA CARA BERKENALAN
    1. Memperkenalkan orang dengan mengucapkan namanya dengan jelas. 2. Memberikan sedikit informasi tentang orang yang diperkenalkan (tipe manusia: introvert dan extrovert). 3. Personal contact: - Cara berjabat tangan sekitar 3-4 detik - Melihat mata yang bersangkutan - Senyum - Tubuh sedikit ke depan
Apabila tidak dapat terdengar nama dengan jelas, boleh bertanya lagi.


Perkenalan :
    · Yang lebih muda diperkenalkan kepada yang lebih tua. · Umumnya seorang pria diperkenalkan kepada wanita. · Wanita diperkenalkan kepada pria, apabila pria itu orang penting yang perlu dihormati, seperti: Kepala Negara, Menteri, Gubernur, Duta Besar negara asing, Ulama/Tokoh agama, atau pria jauh lebih tua dari wanita (+ 20 tahun).

Berdiri Dari Tempat Duduk:
    · Wanita tidak harus berdiri waktu berkenalan, kecuali bila menghadapi orang-orang yang pantas dihormati. · Tuan dan Nyonya rumah selalu harus berdiri untuk menyambut tamu-tamu. · Apabila tamu akan pulang, tuan dan nyonya rumah harus berdiri dan mengantar tamu sampai di pintu.

Khusus Pria :

Harus berdiri dari tempat duduk:
- Bila berjabatan tangan (dengan pria dan wanita).
- Bila seorang wanita masuk dalam ruangan.
- Bila seorang wanita mendekati, saat ia duduk.
- Bila seorang wanita yang duduk di sampingnya berdiri dan akan meninggalkan tempat.


ETIKET DALAM PERCAKAPAN (CONVERSATION)

Seni pembicaraan adalah bukan mengetahui sesuatu yang harus dikatakan, melainkan sesuatu yang tidak boleh dikatakan.

Communication Field :

1. Facial Expression.
2. Body Position.
3. Good (Clear) Voice.
4. Choise of Words.
5. Ways of using the eyes.

Hal yang diperlukan untuk dapat berbicara secara efektif:

· Rasa percaya diri yang kuat.
· Keluwesan dalam pergaulan.
· Mempunyai persepsi yang tepat terhadap keadaan lingkungan dan individu yang terlibat dalam interaksi tersebut.
· Dapat menguasai situasi.
· Mengetahui hasil yang diharapkan dari interaksi.

Hal-hal yang dihindarkan dalam percakapan:

· Memotong pembicaraan orang lain.
· Memonopoli pembicaraan atau percakapan.
· Membual tentang diri sendiri.
· Membicarakan hal-hal yang dapat menimbulkan pertentangan.
· Pembicaraan tentang penyakit, kematian, dll.
· Menanyakan harga barang orang lain.
· Menanyakan masalah yang sifatnya pribadi.
· Gosip/berita yang belum tentu kebenarannya.